Kisah Islami: Pemuda yang Memiliki Dua Potong Kain, Abdullah Dzul Bajadain
Baru saja saya merampungkan membaca bab kedua dari buku “Dengarkan Suara hati” karya ‘Amru Khalid.
Di sana saya temui sebuah kisah yang sangat menyentuh hati tentang
keistiqomahan seorang sahabat Rasulullah dalam menjalankan agamanya. Namanya
adalah Abdullah Dzul Bajadain (artinya: yang memiliki dua potong kain),
itu merupakan nama pemberian Rasulullah. Namanya yang sebenarnya adalah
Abdul Uza al Mazani. Ia berasal dari sebuah kabilah Mazaniah yang terletak di antara Mekah dan Madinah.
Ia telah
ditinggalkan oleh kedua orangtuanya sejak masih kecil, karena itulah ia
tinggal bersama pamannya. Sang paman adalah orang yang sangat kaya.
Banyak harta yang telah dikeluarkannya untuk membiayai Abdul Uza. Ketika
ia berumur 16 tahun, ia hidup bergelimang harta. Sampai-sampai ia hanya
mau mengenakan pakaian buatan luar. Ia pun memiliki 2 ekor kuda yang
selalu dipakainya bergantian. Tapi sayang sekali, ia dan kaum bangsanya
masih menyembah berhala.
Suatu saat
ketika ia sedang melakukan perjalanan, ia bertemu dengan para Muhajirin.
Ia pun melakukan perbincangan dengan mereka dan setelah perbincangan
itulah, akhirnya ia pun sadar dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Keadaannya pun berubah. Setiap kali melihat ada sahabat yang berhijrah
dari Mekah dan Madinah, ia berlari dan mengikutinya seraya berkata,
“Tunggulah aku sampai aku mendengar dari kalian Al Quran. Aku ingin
menghapal satu ayat baru dari kalian.” Bayangkan bagaimana tekadnya
untuk menuntut ilmu agama lebih dalam, di saat para sahabat merasa
jiwanya terancam serta ketakutan akan adanya mata-mata kaum Quraisy.
Dalam pikiran Abdul Uza saat itu hanyalah ingin mendekatkan diri kepada
Allah saja.
Akhirnya ada seorang sahabat yang berkata, “Mengapa engkau menunggu di
negerimu (Mekah) untuk pergi hijrah ke Madiah?”. Ia pun menjawab bahwa
ia tidak akan berhijrah kecuali setelah ia mengambil tangan pamannya
untuk menjemput sebuah hidayah.
Ia pun menetap
dalam kabilahnya selama 3 tahun. Ia tetap berpegang teguh pada agama
Islam walaupun seluruh kaumnya jauh dari ketaatan dan menyembah berhala.
Selama 3 tahun lamanya ia memaksakan diri untuk tetap istiqomah.
Apabila ia ingin beribadah kepada Allah maka ia akan pergi keluar dari
kaumnya ke tengah-tengah padang pasir. Selama ini ia menyembunyikan
keislamannya dari hadapan orang-orang.
Setiap hari ia
pergi menemui pamannya seraya berkata’ “Wahai Pamanku, aku mendengar b
ahwa ada seorang lelaki bernama Muhammad yang berkata ini dan itu”.
Kemudian ia pun membacakan ayat-ayat al Quran di hadapan sang Paman.
Namun pamannya malah mencercanya habis-habisan. Selama 3 tahun itu, ia
mengalami masa yang berat. Akhirnya kesabarannya pun sampai pada
puncaknya.
Ia pun menemui
pamannya dan berkata, “ Wahai Paman, aku lebih memilih Rasulullah
daripada Engkau. Aku tidak dapat berpisah dengannya. Aku memberitahumu
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya. Aku
berhijrah kepadanya. Jika engkau mau pergi bersamaku, aku akan menjadi
orang yang paling bahagia.”
Pamannya pun menjawab, “Jika kau mengabaikan semuanya selain Islam, maka aku akan mengharamkan semua yang menjadi milikmu.
Ia menjawab, “Wahai Paman, berbuatlah sesukamu, karena aku lebih memilih Allah dan Rasul-Nya.”
Pamannya pun
melakukan hal yang tidak dapat dipercaya, “Kalau kau tetap memaksa, maka
aku akan mengharamkanmu hingga baju yang melekat di badanmu itu.”
Pamannya pun berdiri dan menggunting bajunya. Abdul Uza pun hampir
seperti orang yang telanjang. Ia pun tetap keluar dengan kondisi seperti
itu. Saat keluar ia menemukan selembar kain wol dan membaginya menjadi 2
bagian, lalu memakainya seperti kain ihram.
Ia pun kemudian
berhijrah dan menemui Rasulullah untuk pertama kalinya. Sungguh tidak
bisa dibayangkan betapa besar keistiqomahannya kepada Rasulullah
sekalipun ia tidak pernah bertemu dengannya. Rasulullah pun bertanya, “Siapakah Anda?’
“Aku adalah Abdul Uza”
Rasulullah pun kembali bertanya, “Mengapa kamu berpakaian seperti ini?”
Ia menjawab,
“Pamanku telah berbuat ini kepadaku. Aku telah memilih engkau, wahai
Rasulullah dan bersabar selama 3 tahun lamanya, hingga aku bisa datang
kepadamu dalam keadaan istiqomah (tetap) taat kepada Allah.”
“Benarkah kau telah melakukan hal itu?”, kata Rasulullah.
“Benar wahai Rasulullah.”
“Mulai
hari ini engkau bukanlah Abdul Uza, engkau adalah Abdullah Dzul
Bajadain. Allah telah mengganti 2 kain itu dengan tempat tinggal dan
kain di dalam surga, yang dapat engkau pakai kapan pun engkau suka dan
dapat kau gunakan kapan pun engkau suka.”
Semenjak saat itu ia ikut berjuang bersama Rasulullah, hingga syahid dalam perang Tabuk pada usia 23 tahun.
Ibnu Mas’ud
menceritakan hari dimana Abdul Uza wafat. Ia berkata, “ Aku tidur dalam
cuaca yang sangat dingin dan dalam keadaan takut akan pekatnya malam.
Aku mendengar suara orang yang menggali tanah dan menjadi heran
dibuatnya. ‘Siapakah yang menggali tanah malam-malam begini dan dalam
cuaca yang sangat dingin?’ Akupun melihat pada tempat tidur Rasulullah
dan tidak mendapatkan beliau di sana, Lalu aku melihat tempat tidur
Umar, aku juga tidak menemukannya. Kualihkan pandanganku ke tempat tidur
Abu Bakar dan aku tidak menemukannya juga.
Aku pun keluar dan
melihat Abu Bakar dan Umar sedang memegang lilin, sedangkan Rasulullah
sedang menggali tanah. Aku datang kepada beliau dan berkata, “Apa yang
engkau lakukan wahai Rasulullah?”
Beliau mengangkat kepalanya ke arahku dengan kedua mata yang dipenuhi dengan air mata, “Saudaramu Dzul Bajadain telah meninggal.”
Aku berpaling
kepada Umar dan Abu Bakar dan berkata, “Mengapa kalian biarkan
Rasulullah menggali sendiri, sedang kalian hanya berdiri saja?.”
Abu Bakar menjawab, “Rasulullah sendiri yang ingin menggali kuburannya (Abdullah)”
Lalu Nabi mengulurkan tangannya ke arah Abu Bakar dan Umar, “Berikanlah kepadaku (jenazah) saudaramu itu.”
Lalu Nabi mengulurkan tangannya ke arah Abu Bakar dan Umar, “Berikanlah kepadaku (jenazah) saudaramu itu.”
Lalu Nabi berkata, “Hantarkanlah kepergian saudaramu dengan doa karena sesungguhnya ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya”
Rasulullah pun
meletakkan jasad itu ke dalam kubur dengan kedua tangannya sendiri. Air
mata beliau pun jatuh membasahi kain kafan Abdullah Dzul Bajadain.
Beliau lalu mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdoa, “Ya Allah
Aku bersaksi kepada Engkau, bahwa aku telah meridhai Dzul Bajadain,
maka ridhailah ia.”
Rasulullah pun
menguburkannya dengan kedua tangannya yang mulia dan berkata, “Ya Allah,
rahmatilah dia karena ia telah membaca Al Qur’an atas dasar cinta
kepada Rasulullah SAW.’
***
Sungguh beliau
adalah salah satu sahabat yang patut kita teladani. Semoga kita semua
dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut dan bisa bersama-sama
memperbaiki keimanan kita yang masih lemah ini. Semoga kita bisa menjadi
golongan orang-orang yang di ridhai oleh Allah dan RasulNya..
sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/07/02/kisah-islami-pemuda-yang-memiliki-dua-potong-kain-abdullah-dzul-bajadain-468573.html






0 komentar:
Posting Komentar